Kamis, 05 Juli 2007

Investasi Asing Stagnan

[Kompas] -Krisis listrik di Sumatera Utara yang berkepanjangan membuat investasi asing sejak tahun 2004 stagnan. Belakangan ini, sejumlah perusahaan asing bahkan menurunkan produksi karena ketersediaan energi listrik dan bahan bakar gas minim.

"Banyak investor asing yang semula berniat investasi, batal merealisasikan niat mereka. Semua itu karena ketersediaan listrik tidak terjamin," kata Sekretaris Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) Sumatera Utara (Sumut) Abdul Wahid Aritonang, Kamis (4/10) di Medan.

Perusahaan asing yang sudah ada, kata Wahid lagi, sekarang ini berangsur-angsur mengurangi produksi lantaran listrik tidak cukup. "Pengurangan produksi dengan sendirinya berdampak pada pengurangan tenaga kerja di sektor industri," katanya, tanpa memberi rincian lebih lanjut.

Berdasarkan data dari Bainprom Sumut, secara kumulatif, rencana proyek penanaman modal asing (PMA) mulai tahun 1968 sampai Juni 2007 sebanyak 438 proyek, dengan nilai investasi 9,57 miliar dollar AS. Proyek sebanyak itu diperkirakan menyerap tenaga kerja 194.688 orang.

Kenyataannya, hanya 45 proyek dengan nilai investasi 4,09 miliar dollar AS yang terealisasi. Jumlah tenaga kerja yang terserap 64.832 orang.

Secara terpisah, Manajer Pemasaran PT Kawasan Industri Medan (KIM) Jefri M Sirait mengatakan, pertumbuhan PMA tak ada sejak 2004. Hal ini akibat ketersediaan energi minim. Dari 340 industri yang ada di KIM, lanjut Jefri, 10 persen di antaranya merupakan PMA dan selebihnya adalah penanaman modal dalam negeri. PMA itu pada umumnya bergerak di sektor sarung tangan, keramik, minyak goreng, furnitur, pengolahan biji cokelat, pupuk, dan pakan ternak.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Parlindungan Purba, satu-satunya jalan untuk keluar dari krisis listrik di Sumut adalah membuat pembangkit listrik baru.

Minta maaf

Krisis listrik juga dikeluhkan masyarakat Sulawesi Utara (Sulut). Setiap hari, PT PLN melakukan dua kali pemadaman listrik, pada pagi dan malam hari. Karena itu, di Kota Bitung, sejumlah warga pernah mengamuk dan mengobrak-abrik kantor PT PLN akibat pemadaman listrik yang mengecewakan mereka.

Dalam kaitan itu, Gubernur Sulut SH Sarundajang, kemarin, secara khusus meminta maaf kepada masyarakat atas pemadaman listrik tersebut. Ia mengaku telah berusaha agar pemadaman tidak terjadi.

Di Surabaya, Juru Bicara PT PLN Distribusi Jawa Timur Faisal Asy’ari menyatakan, terbatasnya kapasitas pembangkit listrik dan minimnya anggaran investasi di sektor kelistrikan mendorong pihaknya mengendalikan pertumbuhan bisnisnya. Dalam kaitan itu, upaya yang ditempuh, antara lain, memperketat penambahan jumlah pelanggan baru.

Selasa, 03 Juli 2007

Investor Jepang Mendominasi Investasi NTT

[NTT ONLINE] - Investor Jepang mendominasi investasi asing di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni 10 perusahaan dengan realisasi investasi sebesar 16,5 juta dolar AS dari total 38 perusahaan asing dengan realisasi investasi 36,8 juta dolar AS. “Investor dari 10 negara lainnya yang juga berinvestasi di wilayah NTT tidak lebih dari lima perusahaan dengan realisasi investasi hanya belasan juta dolar AS,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) NTT, Drs Gulam Husein, di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan, investor Jepang merencanakan investasi sebesar 21,6 juta dolar AS namun baru terealisasi 16,5 juta dolar AS, yang berlokasi di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Flores Timur, Sikka dan Manggarai Barat.

Investor asal Inggris menempati urutan kedua dalam kegiatan penanaman modal asing (PMA) di wilayah NTT yakni lima perusahaan dengan realisasi investasi 0,3 juta dolar AS dari 18,9 juta dolar AS yang direncanakan. Lokasinya di Kota Kupang, Kabupaten Ende, Ngada dan Manggarai Barat.

Investor asal Amerika Serikat juga berinvestasi dengan lima perusahaan yang berlokasi di Kota Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Manggarai, Manggarai Barat dan Sumba Barat. Realisasi investasi sebesar dua juta dolar AS dari 5,9 juta dolar AS yang direncanakan.

“Investor asal Australia dan Perancis masing-masing hanya tiga perusahaan dengan nilai investasi berkisar antara 0,9 juta hingga satu juta dolar AS di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Sumba Barat dan Alor. Namun baru terealisasi sebesar 03 juta hingga 0,5 juta dolar AS,” ujar Husein.

Menurutnya, investor asal Korea hanya berinvestasi melalui tiga perusahaan pada satu lokasi yakni Kota Kupang, namun nilai investasinya tergolong tinggi yakni sebesar 39,8 juta dolar AS dan sudah terealisasi sebesar 36,7 juta dolar AS.

Investor China juga beraktivitas dengan tiga PMA dengan realisasi invesatasi 0,1 juta dolar AS dari 0,6 juta dolar AS yang direncanakan, di Kota dan Kabupaten Kupang serta Manggarai.

Investor Spanyol juga beraktivitas di wilayah NTT namun realisasi investasi hanya 0,3 juta dolar AS di Kabupaten Sikka. Namun, realisasi dan rencana investasinya sesuai.

“Berbeda dengan investor asal Malaysia, India dan Belanda yang merencanakan nilai investasi 01, juta hingga 0,3 juta dolar AS namun hingga kini belum terealisasi. Lokasi investasi direncanakan di Kota Kupang, kabupaten Sikka, Sumba Barat dan Manggarai Barat,” kata Husein.

Ia menambahkan, 38 perusahaan asing itu berkecimpung dalam bidang budidaya mutiara dan perhotelan serta perdagangan ekspor hasil perikanan, jasa penyiaran televisi swasta dan telekomunikasi selular, penangkapan ikan dan hasil laut, kapal pesiar, perkebunan, industri pembekuan ikan, industri pengolahan kopi dan industri barang jadi.

Bidang usaha lainnya yakni pengembangan pariwisata alam, Industri, pertambangan, pertanian dan pembangunan desa, industri es balok dan industri makanan ternak